Beragam Respon Mahasiswa Uniska Soal Rencana Kuliah Tatap Muka Tahun Depan

Ilustrasi Kuliah Tatap Muka

Lentera Uniska, Banjarmasin – Rencana kuliah tatap muka yang digelar Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) pada semester genap tahun 2021 mendatang, menuai berbagai respon dari sejumlah mahasiswa.

Kebanyakan dari mahasiswa Uniska mengaku, sistem kuliah tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring (dalam jaringan). Khususnya, mereka yang berada di perkampungan, daerahnya belum tersentuh jaringan internet.

Seperti M Iqbal, misalnya. Mahasiswa semester 5 ini mengaku mendukung penuh rencana pihak kampus yang akan menggelar sistem kuliah campuran, yakni tatap muka dan daring.

“Saya rasa tidak masalah dengan adanya perkuliahan shift dengan bergantian, asal aksesnya dari pagi sampai sore,” katanya kepada Lentera.

Bahkan, lanjut dia, sistem perkuliahan shifting seperti itu sudah dilakukan Uniska jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda.

“Sebelum pandemi pun juga perkuliahan dilakukan secara bergantian dikarenakan ruang kelas yang terbatas,” ujar mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat ini.

Putu Trimadana Redita Wati, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester 3, juga mengaku sangat mendukung rencana tersebut.

Di samping sudah jenuh dengan perkuliahan daring yang berjalan selama hampir setahun terakhir, persoalan sulitnya jaringan internet juga menjadi satu-satunya alasan utama yang ia rasakan.

“Jujur aku sebagai mahasiswa pemahamannya sedikit kurang karena masalah koneksi jaringan dan jarangnya dosen masuk, palingan dosen yang masuk setiap ada jadwal hanya 1 sampai 2 orang saja.

Sisanya hanya meninggalkan materi dan tugas. Kami pun tidak paham maksud tugasnya gimana dan untuk mengkonfirmasi ke dosen itu perlu jawaban yang lama,” gusarnya.

Lain dua mahasiswa itu, lain pula dengan Presiden Mahasiswa Uniska, Muhammad Padliansyah.

Selain mengaku setuju rencana kuliah tatap muka, ia juga mengingatkan pihak kampus untuk benar-benar siap dalam menjalankan sistem tersebut, baik dari persiapan kampus sampai mekanismenya.

“Saran untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan campuran ini mungkin ya lebih dipersiapkan lagi dari kampusnya, mekanisme kuliahnya memang harus diatur benar-benar kita harus adil di Banjarbaru, Banjarmasin nanti maupun di Gambut nah itu harus adil,” tuturnya. (Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *