Kisah Rasulullah SAW Meraih Keindahan Malam Lailatul Qadar

Foto Ilustrasi

Lentera Uniska, Banjarmasin – Lailatul qadar atau Lailat Al Qadar adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al-Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam tersebut, Allah SWT pertama kali menurunkan wahyu berupa ayat-ayat Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.

Saat-saat yang mengubah seluruh kehidupan Nabi Muhammad dan umatnya ialah ketika beliau menyendiri di Gua Hira. Saat itu merupakan momen pertama kali Rasulullah SAW menemukan malam lailatul qadar.

Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Malaikat Jibril) membawa ajaran dan membimbing Nabi sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.

Bukan tanpa alasan, keinginan untuk mendapatkan hikmah dan berkah pada malam ganjil, sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini merupakan waktu yang diharapkan oleh seluruh umat Islam. Karena apabila kita melakukan amal kebaikan pada malam itu, seolah-olah kita telah melakukan ibadah yang nilainya setara dengan 1.000 bulan atau 83 tahun.

Meski tidak diketahui secara pasti kapan datangnya, namun Rasulullah SAW biasanya lebih fokus beribadah, terutama sepuluh malam terakhir. Hal ini sebagaimana yang disebutkan ‘Aisyah:

“Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” HR Al-Bukhari.

Dikutip dari Website Nahdhatul Ulama Online. Diceritakan bahwa Rasulullah sedang i’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah SAW.

Para sahabat ikut menunaikan shalat bersama Rasulullah SAW. Ketika beliau menegadahkan tangannya untuk berdoa, para sahabat pun serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid.

Illustrasi dari unsplash

Dalam riwayat tersebut, pada saat itu adalah malam ke-27 dari bulan Ramadan. Disaat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan.

Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf. Namun, niat itu digagalkan karena melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusyuk tidak bergerak.

Illustrasi dari unsplash

Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut. Akan tetapi Rasulullah dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Illustrasi dari unsplash

Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak. Ternyata Rasulullah tengah masuk ke dalam suatu alam yang terlihat sangat menakjubkan dan diliputi oleh cahaya Illahi. Beliau takut keindahan yang dilihat itu akan hilang jika bergerak dari sujudnya.

Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Ketika Rasulullah SAW mengangkat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan pun berhenti seketika. Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW.

Namun beliau pun mencegahnya dan berkata, “Wahai anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya,” ucap Rasulullah.

Kemudian beliau pun menceritakan pengalaman menakjubkannya ketika bersujud. Rasulullah melihat para malaikat di bawah pimpinan Jibril sedang menuruni bumi dengan keindahan bentuk aslinya.

Para malaikat berbaris rapi dengan diiringi gemuruh tasbih dan tahmid. Alam semesta pun dipenuhi cahaya yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh mata manusia dan tertangkap mata.

Malam lailatul qadar tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Malam lailatul qadar diraih oleh manusia ketika dia telah siap dengan segala kebaikan dan kemuliaan hatinya.

Semoga malam yang tersisa di bulan Ramadan ini mampu kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Lsa/Ank)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *