Shalat Tarawih 8 Rakaat atau 20 Rakaat? Berikut Penjelasannya

Foto dari akun Instagram @masjid_al_aqsa

Lentera Uniska, Banjarmasin – Shalat tarawih merupakan sholat sunnah setelah Isya selama Ramadan. Di Indonesia shalat tarawih umumnya dikerjakan 8 rakaat (11 rakaat dengan witir) atau 20 rakaat (23 rakaat dengan witir). Jumlah rakaat tersebut berdasarkan dalil hadits dan dalil atsar.

Seperti yang kita tahu, aliran Islam di Indonesia yang sering jumpai ada Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama (NU). Perbedaan tersebut tentu juga berpengaruh dengan menjalankan ibadah shalat, tawarih contohnya. Muhammadiyah biasanya mengerjakan sebanyak 8 rakaat. Sedangkan NU 20 rakaat.

Namun, apakah perbedaan jumlah rakaat tersebut bermasalah? Berikut landasan hukum menunaikan ibadah shalat tarawih baik 11 rakaat maupun 23 rakaat:

1. Shalat Tarawih 8 Rakaat (11 Rakaat dengan Witir)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas:
“Aku berdiri di samping Rasulullah. Kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya. Lalu Rasulullah shalat 2 rakaat, kemudian 2 rakaat lagi, lalu 2 rakaat lagi, dan 2 rakaat. Selanjutnya shalat witir. Kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai bilal menyerukan adzan. Maka bangunlah Rasulullah dan shalat 2 rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan shalat subuh,” HR. Muslim.

Kedua, dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa Abu Salamah bertanya kepada Aisyah R.A, Bagaimana cara shalat Rasulullah SAW di bulan Ramadhan?

Aisyah menjawab,
“Baik di bulan Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan, Rasulullah SAW selalu melakukan shalat (malam) tidak lebih dari 11 rakaat. Rasulullah melaksanakan shalat 4 rakaat dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan,”

“Kemudian, shalat lagi 4 rakaat, dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat (witir) 3 rakaat,” HR Bukhari.

2.Shalat Tarawih 20 Rakaat (23 Rakaat dengan Witir)

Hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Ia meriwayatkan bahwa Rasulullah shalat tarawih di bulan Ramadan sendirian sebanyak 20 rakaat (HR Baihaqi dan Thabrani).

Kedua, Hadis yang diriwayat oleh Ibnu Hajar. “Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di suatu malam Ramadhan,”

Dan yang ketiga, menurut sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab menyelenggarakan shalat tarawih dan witir 23 rakaat sebagaimana dilihat di kitab Al-Muwaththa’ Yazid bin Huzaifah yang berkata.

“Kaum muslimin pada masa Umar bin Khattab melakukan shalat tarawih (dan witir) di bulan Ramadhan sebanyak 23 rakaat,”

Namun, terlepas dari perbedaan jumlah rakaat sholat tarawih tidak perlu diperdebatkan. Sebab, keduanya sama-sama memiliki dasar hukumnya masing-masing. (Ank/Lsa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *