Lentera Uniska, Banjarmasin – Menyoroti dunia pendidikan, Kementerian Sosial, Hukum dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Univeritas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) membahas beberapa hal terkait demokrasi di Indonesia.
Lewar diskusi intelektual (diksi), bersama pematik Iwan Riswandi dalam acara terbuka bersama mahasiswa Uniska diruang seminar Fakultas Hukum (FH) Uniska. Senin, (30/5) petang.
Mengambil topik terkait profesionalitas tenaga pengajar untuk menyambut Indonesia emas 2045. Iwan sebagai pematik menyoroti sistem pendidikan yang sering berubah-ubah mengikuti pergantian pemangku jabatan rupanya memberikan dampak.
Ia mengatakan, dengan jabatan lima tahun lamanya tidak cukup untuk melihat perkembangannya.
“Saya pastikan tak ada yang siap, jabatan 5 tahun sedangkan itu perlu berpuluh-puluh tahun,” terang dosen FH Uniska ini.
Selain itu tambahnya, terkait program di dunia pendidikan yang diwacanakan pun kurang maksimal dan belum matang.
Dirinya juga turut menyinggung perspektif terkait simbolik sebagai tolak ukuran kualitas sangat sering terjadi tanpa tahu arti makna sesungguhnya.
Ia memberi contoh, berorientasi terhadap nilai dan tak berpandangan kepada praktek dan keahlian atas nilai tersebut.
“Tak hanya sekedar simbol, kita berguna bagi masyarakat. Entah menghasilkan materi atau tak menghasilkan materi,” tuturnya.
Menteri Sosial, Hukum dan Politik, Muhammad Luthfi yang diwakili oleh koordinator Kajian, Strategi dan Advokasi, Muhammad Anzari mengatakan acara diksi ini merupakan salah satu program kerja dari BEM Uniska kabinet Saka Juang.
Seperti judul dari acaranya yang ditujukan untuk memacu intelektual para mahasiswa terkait hal pendidikan.
“Mengkritisi terkait dengan hal-hal pendidikan yang di anggap masih rancu,” pungkasnya. (Tol)