LENTERAUNISKA.ID, BARITO KUALA – Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Ahmad Asrori turut singgung pergerakan organisasi mahasiswa Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB). Kamis (25/5).
Menurutnya ormawa Uniska masih jalan ditempat atau monoton dalam menjalankan program kerja, hal itu akan mempengaruhi kurangnya minat mahasiswa untuk bergabung.
“Setiap tahun agendanya itu-itu aja (monoton), jadi jangankan yang mau masuk kita yang di dalam bisa bosan juga, contohnya makrab,” kata Ahmad Asrori.
Didampingi Ketua Komisi II bidang Pengawasan dan Kebijakan, M. Aulia, Asrori menyebut ormawa justru lebih menonjolkan aspek manajemen dibanding keilmuan.
“Sekretaris harus apa, bendahara harus apa, komisi harus apa dan divisi harus apa,” sambungnya.
Kebijakan organisasi pun harus disesuaikan mengikuti zaman. “Tiap tahun itu berbeda orang dan tidak bisa disamakan seperti tahun sebelumnya,” ucapnya.
Hal itu tentu untuk menghindari pandangan beban oleh sistem yang mengikat dalam organisasi seperti pedoman dan aturan.
“Kita tersandera sama pedoman dan aturan masing-masing sehingga ketika mahasiswa melihat itu males,” singgungnya.
Kata dia, apabila terus melakukan hal yang sama tiap tahun, tanpa mengkaji kebijakan terkait kondisi, tak ayal angka partisipasi dalam organisasi merosot turun.
Terlebih, cerita lama soal pandangan negatif dalam berorganisasi masih bertebaran di lingkungan kampus.
“Jadi misalnya tahun 2022 yang masuk itu seratus anggota kemudian 2023 sisa 20. Artinya, mereka mendengar juga dari temen-temen mereka itu masuk organisasi gini gini aja,” sebut Asrori.
Tak hanya itu, ketegasan mewajibkan ikut organisasi di kampus swasta bagi Asrori terkesan santai, berbanding jauh dengan kampus negeri.
Dicontohkannya, ULM salah satu kampus yang secara tegas mendorong mahasiswa berorganisasi dengan kesempatan bebas memilih wadahnya.
“Ikutnya pun tak dipaksakan harus di A tapi paling tidak harus ikut salah satu diareanya, itu ada ketegasannya dari petinggi misalnya rektor kalau di fakultas dekannya,” ungkapnya Asrori.
Kendati begitu, Mahasiswa Faperta ini juga tak menampik kemungkinan pola pikir individu yang tak mendukung.
Bahkan, Uniska sempat memberikan ketegasan terkait mengikuti organisasi.
“Mindset dari mahasiswanya juga, kita juga bisa menegaskan dan memberi surat wajib tapi tetap banyak yang tak mau,” tutupnya.(Tuwaw)