Pandangan Psikolog BK Uniska Terkait Fenomena Terngiang-ngiang Jargon Viral 2023

sumber : YouTube

LENTERAUNISKA.ID, BANJARMASIN – Sejumlah jargon sempat bikin heboh di kalangan pengguna sosial media Indonesia pada tahun 2023.

Misalnya saja, ‘Ajarin Dong Puh Sepuh’ oleh Edgar, ‘Berchyaandhyaa’ oleh Abigail Manurung, ‘Kiw Kiw Epuk Jeru Kuk’ oleh Truno Lele dan ‘Yu Brik May HART’ oleh Tessa Mariska.

Bukan hanya itu, pada tahun 2022 lalu ada jargon ‘Kamu Nanya’ oleh Alif Cepmek atau pria yang lebih dikenal sebagai Dilan KW.

Video mereka kerap mondar-mandir di FYP TikTok dan ramai ditiru oleh kalangan masyarakat lantaran viral.

Pengucapan dengan gaya dan penekanan yang unik tak heran membuat terngiang-ngiang bagi yang mendengar.

Lantas nama mereka pun melambung karena sukses membuat netizen terhibur dengan ucapan tersebut.

Baru-baru ini, Edgar, Abigail, Truno Lele dan Tessa Mariska didapuk sebagai nominasi Trending Jargon Of The Year oleh Indonesian Trending Awards 2023 yang diselenggarakan stasiun televisi GTV.

Dilansir dari trends.tribunnews.com, berkat jargon ‘Berchyaandhyaa’ milik mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) ini berhasil meraih penghargaan di acara Indonesian Trending Awards 2023 pada (21/12/2023) malam.

Fenomena terngiang-ngiang karena jargon tersebut mendapat pandangan dari akademisi Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) MAB, Eka Sri Handayani.

Menurutnya, platform TikTok sangat berperan besar dalam mendorong sesuatu hal menjadi viral.

Terlebih, sebagian besar pengguna dari paltform tersebut adalah Generasi Z yang berusia muda.

Tak ayal, dengan adanya fasilitas dan sekelompok yang tergabung dalam Dunia Maya dapat menggiring emosional.

“Ikatan emosi saja, ketika itu disampaikan dan ada yang ngeh seperti masuk kedalam komunitas yang medianya dekatan dengan kita,” jelas dosen sekaligus Psikolog ini.

Sri pun ‘menampik’ adanya dampak negatif yang ditimbulkan akibat fenomena itu.

Namun perlu diingat, kebiasaan tersebut hanya cocok dilakukan pada saat bukan dalam pembahasan serius.

“Kalau memang untuk membangun suasana humoris ya tidak apa-apa, kalau ada tendensi seperti itu di forum formal ya masalah,” sebut Sri.

Sebab, perlu adanya kesesuaian saat melakukan pembawaan tersebut supaya tidak menimbulkan terjadinya kesalahan persepsi.

Editor : Zulvan Rahmatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *